Pemerhati dunia pendidikan mengatakan, hanya 42,6 persen dari 2,6 juta orang guru ekonomi atau 1,1 juta orang guru bidang studi ilmu ekonomi yang kini telah memenuhi kualifikasi baik atau berkualitas baik.
"Hal itu menyebabkan tingkat melek ekonomi (economic literacy) masyarakat menjadi rendah," kata Dwi Wulandari, dosen Universitas Negeri Malang, di Batu, Minggu.
Di sela-sela workshop pembelajaran ekonomi yang digelar Dewan Pendidikan Jatim di Batu, ia menjelaskan rendahnya melek ekonomi juga bisa menyebabkan sikap konsumtif masyarakat.
"Rendahnya kualifikasi guru ekonomi juga menyebabkan orientasi pendidikan ekonomi di sekolah cenderung pada aspek kognitif siswa dan metode pembelajaran yang membosankan," katanya.
Padahal, katanya, literasi ekonomi sebenarnya merupakan keterampilan hidup ("life skill") yang harus dimiliki oleh setiap siswa.
"Indikasi rendahnya literasi ekonomi yang lain adalah banyak kasus dan korban penipuan berbalut investasi, termasuk kasus yang terakhir yakni kasus Antaboga-Century," katanya.
Pegiat University Center for Economic Education (UCEE) itu menjelaskan literasi ekonomi meliputi kemampuan dan kesadaran individu tentang apa, mengapa dan bagaimana menjadi konsumen cerdas, produsen bijak, penabung dan investor, pekerja produktif dan warga negara yang bertanggung jawab.
"Dalam lingkup pendidikan, fungsi dan peran guru dalam meningkatkan literasi ekonomi sangatlah vital. Masalahnya, kualifikasi guru ekonomi di Indonesia masih minim, karena hanya 42,6 persen yang memenuhi kualifikasi baik," katanya,
Selain itu, perhatian pemerintah dan dukungan para pengampu kepentingan terhadap pengembangan kualitas pendidikan ekonomi juga masih sangat kurang.
Sementara itu, Ketua Dewan Pendidikan Jawa Timur Prof Zainuddin Maliki menilai ilmu ekonomi yang diperoleh siswa dalam pembelajaran masih belum efektif, karena ilmu yang diberikan masih sebatas wawasan dan pengetahuan.
"Siswa kurang diberi kesempatan untuk mengalami. Akibatnya, ilmu yang diperoleh tidak bisa diterapkan," tuturnya dalam Workshop yang diikuti 114 orang guru ekonomi dari 38 kabupaten/kota di Jawa Timur.
Didampingi anggota Dewan Pendidikan Jawa Timur Gempur Santoso, ia menyatakan kegiatan workshop bertujuan meningkatkan kecakapan guru ekonomi dalam pembelajaran ekonomi.
"Karena itu, workshop membekali para guru ekonomi dengan beragam teknik pembelajaran materi produktivitas, kebijakan fiskal serta perdagangan internasional dan hambatan-hambatannya, dan teknik evaluasi," katanya. Demikian catatan online Blogger Pontianak tentang Pemerhati dunia pendidikan.
Harga Tiket Peswat Untuk Lebaran Naik 200 Persen
6 tahun yang lalu