Home » » Pasokan bahan bakar minyak (BBM) di 118 stasiun

Pasokan bahan bakar minyak (BBM) di 118 stasiun

Written By Admin on Rabu, 09 Maret 2011 | 07.51

Pemerintah menjamin pasokan bahan bakar minyak (BBM) di 118 stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di Riau dan Pontianak telah kembali normal. Pemerintah juga menegaskan tidak ada kenaikan harga BBM, sehingga konsumen diminta membeli dengan jumlah normal.

Direktur Utama Pertamina, Karen Agustiawan, mengatakan, Pertamina telah menambah pasokan dari dua depot, yakni terminal Sei Siak dan Dumai. Kuota BBM dari terminal Sei Siak tercatat sebanyak 2.105 kiloliter (KL), jauh lebih tinggi dibanding kuota normal 1.000 KL. Sementara itu, penyaluran BBM dari Dumai pada Selasa, 8 Maret 2011, naik 40 persen dari 1.400 KL saat normal.

"Pasokan BBM di Pontianak mencapai 4.300 KL," kata Karen pada konferensi pers di Kementerian Energi, Jakarta, Rabu 9 Maret 2011.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Darwin Zahedy Saleh, menegaskan pemerintah tidak akan menaikkan harga BBM saat ini. "Sehingga jangan membeli berlebihan dan menimbun BBM," kata dia.

Menurut dia, penyaluran kuota BBM bersubsidi diajukan pemerintah daerah dan Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas (BPH Migas). Namun, bila permintaan BBM bersubsidi melebihi permintaan normal, BPH Migas segera berkoordinasi dengan pihak terkait.

"Pertamina akan mendistribusikan sesuai kebutuhan. Tapi, kami tidak akan mengorbankan konsumen apabila pemerintah daerah tidak dapat melaksanakan manajemen BBM dengan baik," katanya.

Agar penyaluran efektif, BPH Migas akan mengawasi penyaluran BBM di daerah bersama instansi terkait.

Kepala BPH Migas Tubagus Haryono menyatakan, ada beberapa hal teknis yang bisa memecah kendala distribusi. Di wilayah yang telah tersedia Pertamax, setelah kuota harian Premium terpenuhi, konsumen dianjurkan membeli Pertamax. Sementara itu, di wilayah yang belum memiliki Pertamax, Pertamina akan menyalurkan Premium sesuai kebutuhan .

"BPH Migas akan mengintensifkan penegakan hukum dengan pihak terkait untuk mencegah penimbunan," ujar dia.

Sebelumnya, Menteri Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan, meski harga minyak mentah melambung di atas US$100 per barel, pemerintah belum berencana untuk menaikkan harga bahan bakar minyak. Pemerintah juga belum mengambil keputusan atas opsi yang diberikan Tim Kajian Pengaturan BBM Bersubsidi.

"Saya sampaikan, tidak perlu dispekulasikan ada kenaikan (harga BBM). Pemerintah hingga saat ini belum mengambil keputusan. Kami masih mengamati situasi harga minyak dunia," kata Hatta di Kementerian Perekonomian.

Sebelumnya, Tim Kajian Pengaturan BBM Bersubsidi yang diketuai Anggito Abimanyu, memberikan tiga opsi terkait rencana pembatasan BBM bersubsidi. Di antara tiga opsi itu, salah satunya adalah menaikkan harga Premium sebesar Rp500 per liter.

Hatta menambahkan, jika harga BBM dinaikkan, potensi inflasi bisa terjadi. Bahkan, melalui kebijakan pembatasan BBM bersubsidi pun, peluang inflasi dapat terjadi. Karena harga minyak mentah Indonesia (ICP) berada di atas level US$100 per barel, atau di atas asumsi pemerintah US$80 per barel.

Menurut dia, meskipun bila harga BBM naik, kondisi itu masih tertolong oleh penguatan nilai tukar rupiah. Dia lalu mencontohkan situasi yang terjadi pada 2010. Saat konsumsi BBM meningkat tajam dari 36 juta kiloliter menjadi 40 juta kiloliter, namun nilai tukar rupiah tidak terganggu.

Yang kini dilakukan pemerintah, dia menjelaskan, adalah terus memperhatikan pergerakan harga minyak dunia dan hingga saat ini belum ada pemikiran untuk menaikkan harga BBM. Demikian catatan online Blogger Pontianak tentang Pasokan bahan bakar minyak (BBM) di 118 stasiun.