PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mengkaji aksi korporasi penawaran umum terbatas atau rights issue perusahaan publik yang tercatat di bursa.
"Ke depan, kami harus berani untuk berkata tidak, terhadap rencana yang ditawarkan emiten itu," kata Direktur Penilaian Perusahaan BEI, Eddy Sugito, di Jakarta, Rabu 9 Maret 2011.
Ia menyampaikan hal itu terkait keluhan sejumlah investor mengenai aksi korporasi melalui penerbitan saham baru tersebut. "Mereka mengeluhkan harga saham yang turun akibat rights issue itu," ujar Eddy.
Eddy mengatakan, mekanisme penyaringan rencana penerbitan saham baru bisa saja dilakukan pihak regulator. "Tapi, sebagai regulator, pemahaman kami terhadap industri dan bisnis terbatas," tutur Eddy.
Meski demikian, dia berharap masalah itu tidak hanya menjadi perhatian regulator pasar modal. "Emiten dan profesi penunjang seharusnya juga memberikan perhatian karena ini adalah masalah bersama," katanya.
Dia mengatakan, BEI kesulitan mengatur penerbitan saham baru emiten tersebut. "Kami seperti dikepung oleh emiten dan juga profesi penunjang yang semua menunjang emiten," jelas dia.
Padahal, di sisi lain, otoritas sedang menggenjot emiten untuk menambah saham beredar di pasar saham. Penambahan saham beredar ini dapat meningkatkan likuiditas saham dan kapitalisasi di Bursa Efek Indonesia.
Jika dibandingkan dengan Bursa Efek Singapura, saat ini, likuiditas saham di BEI jauh tertinggal. Likuiditas saham di Bursa Efek Singapura sudah empat kali lipat dibandingkan di BEI.
Menurut Eddy, penyebabnya adalah porsi kepemilikan publik pada sejumlah emiten di Bursa Efek Singapura cukup besar, sehingga menarik minat investor asing untuk berinvestasi.
Meski demikian, Eddy memperkirakan rights issue tahun ini lebih ramai jika dibandingkan 2010. Sebanyak dua belas emiten telah mengumumkan kepada publik terkait rencana mereka untuk menerbitkan saham baru.
Hingga Maret, sudah ada dua perusahaan yang telah menerbitkan saham baru dengan total emisi sebesar Rp12,74 triliun yaitu PT Bank Mandiri Tbk dan PT Bank Bukopin Tbk. Jumlah tersebut memang masih kurang Rp25,82 triliun dari jumlah total emisi rights issue selama 2010 sebesar Rp38,56 triliun.
Salah satu emiten yang berencana meningkatkan jumlah kepemilikan saham publik adalah PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA). Perusahaan hasil merger antara PT Chandra Asri dengan PT Tripolyta Indonesia Tbk (TPIA) itu berencana menerbitkan saham baru sekitar 15-20 persen.
Sementara itu beberapa emiten yang jumlah saham beredarnya di bawah 20 persen di antaranya, PT Akasha Wira International Tbk (ADES), PT HM Sampoerna Tbk (HMSP), PT Aneka Kemasindo Utama Tbk (AKKU), dan PT Bhakti Capital Indonesia (BCAP). Demikian catatan online Blogger Pontianak tentang PT Bursa Efek Indonesia.
Harga Tiket Peswat Untuk Lebaran Naik 200 Persen
6 tahun yang lalu